Sekolah. Kenapa Bunda sudah bingung mencari sekolah untuk
Fathan? Padahal usia Fathan belum genap 3 tahun. Selain karena anaknya udah nagih pengen
sekolah, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan buat Bunda untuk mulai menyekolahkan
Fathan. Dalam beberapa hal, Bunda merasa tidak bisa memberikan apa yang Fathan
butuhkan. Terutama masalah sosialisasi. Selama di Bandung, Fathan tinggal di
rumah dan tidak punya teman sebaya. Fathan cenderung bosan dan sering
mengganggu adiknya yang masih bayi. Kondisi emosional saya sebagai mahmud (mamah muda, ceileeeh) yang
soksibuk pun sering tidak terkendali saat Fathan cari perhatian. Yah, sejak
adiknya lahir, perangai Fathan mulai berubah. Fathan sering membantah perkataan
ayah dan bunda. Jika dibilangin, “Fathan jangan melakukan A,” dia pasti akan
membantah dan mengatakan sebaliknya, “Fathan mau A,”. Entahlah, rasanya semua
ilmu parenting yang pernah Bunda baca menguap sudah. Rasanya sangat sulit sekali menjalankan
teori-teori yang sudah dipraktekkan oleh para pakar parenting tersebut. Padahal,
mereka sudah sukses mendidik anak-anak, lalu kenapa rasanya bagi Bunda sulit
sekali?
Saat Bunda bercerita ke teman mengenai persoalan Fathan,
rata-rata mereka menjawab bahwa anak usia segitu memang ‘masa’-nya bikin pusing
orang tua. Benarkah? Jujur, Bunda merasa khawatir, karena usia segitu adalah
usia yang disebut ‘the golden age’, usia emas untuk pembentukkan. Duh, Bunda
merasa khawatir akan melakukan kesalahan pada Fathan. Apalagi kesibukan menjadi
ibu sekaligus ibu bekerja memang sering melelahkan secara fisik dan emosional.
Nah, saat-saat lelah itulah, seringkali emosi tidak tertahan. Berharap anak
usia 3 tahun bisa mengerti kondisi orang tua. Padahal Fathan hanyalah anak
balita, usia tiga tahun pun belum. Ya Allah, seringkali Bunda khilaf dan memarahinya.
Hal tersebut seringkali memunculkan rasa bersalah dan merasa ‘gagal’ sebagai
ibu yang baik sekaligus merasa khawatir, apakah semua itu akan membekas di
benaknya dan merusak proses perkembangannya. Bunda hanya berpikir mungkin
sekolah bisa menjadi salah satu solusi.
Butuh teman. Itu perkiraan Bunda. Ya, Fathan membutuhkan teman dan kegiatan yang
menarik minatnya. Itu bisa didapatkan oleh Fathan di sekolah. Fathan termasuk
anak yang aktif, tentunya dia akan merasa jenuh jika terus-terusan tinggal di
rumah. Namun, perkaranya mencari sekolah yang tepat dan sesuai dengan kantong
itu lumayan juga bikin otak dan hati keplinter-plinter kayak naik roller
coaster. Coba bayangkan, setelah survei sana-sini, rata-rata biaya masuk play
group itu 5 jt ke atas, tergantung sekolah dan fasilitasnya. Jika si anak
maunya masuk PG plus daycare, biaya masuk bisa 10 juta dan biaya bulanan 1,7
juta. Jika si anak hanya masuk PG, biaya
masuk antara 5-7 juta dan SPP per bulan antara 450 K – 800 K. Wow, biaya yang
luar biasa untuk menyekolahkan balita. Tapi itulah kenyataannya. Selain itu,
sistem pendidikannya juga mesti dipikirkan, apakah cocok dengan anak kita. Ada
sekolah yang menawarkan sistem pendidikan international, namun setelah ikut
trial ternyata ada hal-hal yang kurang pas di hati. Entahlah, si Bunda masih
mengandalkan feeling untuk memasukkan
Fathan sekolah. Bukan hanya fasilitas sekolah yang dilihat tapi juga bagaimana
para guru berinteraksi dengan murid-muridnya, apakah sudah pas di hati.
Bagi Bunda, usia ini sangat penting untuk pembentukkan dasar
karakter. Tujuan Bunda memasukkan Fathan sekolah bukan karena ingin Fathan
pintar menulis atau membaca. Bunda berharap Fathan cerdas secara emosional, Fathan pandai bersosialisasi, Fathan menjadi anak yang
berbakti. Entahlah, Bunda juga tidak tahu apakah keputusan Bunda untuk
memasukkan Fathan sekolah itu adalah tindakan yang tepat atau bukan. Bunda
hanya mencoba memberikan apa yang Fathan butuhkan. Sebagai orang tua, Bunda
sadar anak adalah titipan, dan Bunda sadar juga sebaiknya menjaga titipan
dengan baik. Bunda juga sadar diri belum bisa menjadi ibu yang baik, ibu yang
senantiasa bisa bersabar. Oleh karena itu, Bunda membutuhkan bantuan, bantuan
dari pihak lain juga yang memiliki ilmu bagaimana mendidik anak-anak. Bunda
sadar akan muncul reaksi yang mencibir, ‘punya anak kok dititip di sekolah’ ,
‘anak khan tanggung jawab orang tua, jadi orang tua yang bertanggung jawab
mendidik’. Bunda juga sadar dengan hal tersebut. Namun, ini adalah salah satu
ikhtiar dari Bunda sebagai orang tua dalam menjaga titipan dari Allah,
menjadikan Fathan menjadi anak yang bisa tumbuh kembang dengan baik secara
emosional, kognisi, dan lain-lain. Bunda hanya bisa berdoa, insya Allah ikhtiar
ini bertujuan baik. Bismillah, Bunda mantapkan hati memilih sekolah yang tepat
untuk Fathan dengan harapan Fathan tumbuh menjadi anak yang terpenuhi
kebutuhannya.
Jika semuanya lancar, insya Allah, Fathan akan mulai
bersekolah pada bulan Januari 2015. Jika memang ini ikhtiar yang baik, insya
Allah akan dimudahkan oleh sang Pemilik Allah Swt. yang mencukupkan kebutuhan
Fathan. Tinggal Bunda terus berikhtiar melakukan apa yang bisa Bunda lakukan
untuk menjaga titipan-Mu, ya Allah.